aku menunggumu tiada bosan
lalang melintang mengepakan segala arus
menjajah hamparan kelam yang membendung kegembiraan
pada setiap bayangmu selalu kubaca
akan kerrinduan yang menggetarkan sukma
pada desah yang kian terasakan sesak menyumbat dada
aku bercumbu pada degup jantungku
mengukir perjumpaan yang terasakan kini menjadi debur ombak di dada
lalu perlahan terbingkai pada aksara kerinduan kalbu
desir darahku terbakar dalam lamunan
menumpahkan segala palet kerinduan
warna yang kabur pada kanvas hatiku
jadi hijau menyala sesegar pucuk daun palma
lalu sebelum suara lengkingan memecah keheningan
sebelum hilang aroma kerinduan
kuukirkan satu penantian pada lembar buram
menjadi jengkal setiap relung kalbu yang kelam
kau pelitaku...
datang sehabis luka menyelimutiku
menjadi cahaya yang lembut dan mempesona
menyeruak di dalam dada
menebar aroma keharuman di setiap lelap dan jaga
lalang melintang mengepakan segala arus
menjajah hamparan kelam yang membendung kegembiraan
pada setiap bayangmu selalu kubaca
akan kerrinduan yang menggetarkan sukma
pada desah yang kian terasakan sesak menyumbat dada
aku bercumbu pada degup jantungku
mengukir perjumpaan yang terasakan kini menjadi debur ombak di dada
lalu perlahan terbingkai pada aksara kerinduan kalbu
desir darahku terbakar dalam lamunan
menumpahkan segala palet kerinduan
warna yang kabur pada kanvas hatiku
jadi hijau menyala sesegar pucuk daun palma
lalu sebelum suara lengkingan memecah keheningan
sebelum hilang aroma kerinduan
kuukirkan satu penantian pada lembar buram
menjadi jengkal setiap relung kalbu yang kelam
kau pelitaku...
datang sehabis luka menyelimutiku
menjadi cahaya yang lembut dan mempesona
menyeruak di dalam dada
menebar aroma keharuman di setiap lelap dan jaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar