sebelum matahari menumpahkan tinta merah
maut menepi,melukis kaligrafi di lengkung batu karang
menggali aroma melati dalam hati seolah tiada henti
menceritakan sebuah masa
menggali simfony yang pernah tercipta
suara cengkerik malam
dan desir angin menelisik
ke gendang telinga melantunkan hasrat menguntai kerinduan
mengarsirkan tubuhkku meniti benih benih yang kau tanamkan
dan selang malam merajut lengang
aku cium harum mawar
yang semerbak dari kedalaman kalbumu
dalam kesendirianku,di sela sepi malamku
menggerogoti hati
melilit empedu
seakan tertahan mimpi mimpiku
malu menusukan rindu
malam malam panjang..
kerinduan tak henti hentinya menggelegak di rongga dada
bulan bercahaya penuh di kedalaman
menerangi jiwa kala detik demi detik terselimuti langit hitam
oh,kasih....
adakah rindu ini terbayar nanti olehmu
maut menepi,melukis kaligrafi di lengkung batu karang
menggali aroma melati dalam hati seolah tiada henti
menceritakan sebuah masa
menggali simfony yang pernah tercipta
suara cengkerik malam
dan desir angin menelisik
ke gendang telinga melantunkan hasrat menguntai kerinduan
mengarsirkan tubuhkku meniti benih benih yang kau tanamkan
dan selang malam merajut lengang
aku cium harum mawar
yang semerbak dari kedalaman kalbumu
dalam kesendirianku,di sela sepi malamku
menggerogoti hati
melilit empedu
seakan tertahan mimpi mimpiku
malu menusukan rindu
malam malam panjang..
kerinduan tak henti hentinya menggelegak di rongga dada
bulan bercahaya penuh di kedalaman
menerangi jiwa kala detik demi detik terselimuti langit hitam
oh,kasih....
adakah rindu ini terbayar nanti olehmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar